Badannya gembrot tapi dia tinggi,
jadi gembrotnya ketutupan. Berkacamata, tapi seringnya nggak pake. Kulit hitam
legam, bahkan mengalahkan Mbak Ratih Fernandez. Saat launching majalah
kemarin, dia berperan sebagai EKSPRESImen. Suka niruin gayanya salah satu
pemain Srimulat dengan bilang, “Ada apa ini? Ada apa ini?” Terus kemarin karna
dia, saya terinspirasi untuk bikin catatan. Jadi, siapa coba? Siapa hayo?
Dia itu Ebma, kawan saya di
EKSPRESI. Kalau bukan kenal karna organisasi, saya pasti sudah memanggil dia
dengan sebutan “Mas” di depan namanya soalnya, dia itu kakak angkatan saya di
jurusan. Beberapa waktu yang lalu saya menulis soal Ebma yang lagi putus cinta
dan jadi bahan ejekan. Sekarang, saya diajak taruhan lagi oleh Ebma untuk
menulis tentang dia dan dia nulis tentang saya.
Ki-ka: Tofik sebagai Elektroda dan Ebma sebagai EKSPRESImen saat launching majalah Kamis, 18 Oktober 2012. |
Bagi saya, Ebma itu tipe yang
tenang dan penenang. Kalau kawannya lagi pusing sampai rasanya ingin cari
pistol, datanglah ke Ebma, dia pendengar yang baik. Saya pernah lagi pusing
karena kawan-kawan saya yang kelakuannya kayak anak setan itu susah
dikendalikan, lalu Ebma yang ngajakin mereka untuk fokus lagi ke forum. Terus,
saya pernah dibantuin cari tema buat nulis persepsi. Lalu, akhir-akhir ini saya
merasa Ebma sebagai kawan belajar saya karena sudah tiga kali saya menulis gara-gara
dia.
Selain itu, yang saya ingat dari Ebma
adalah nasib sialnya yang bisa kita ketawain (atau mungkin kalau ingin jadi
orang yang selalu husnudzon bisa menyebutnya barokah). Mulai dari dapat peran
banci di launching buku, dituduh oleh hampir seluruh orang di gedung
merah telah menjatuhkan motor Mas Dicky ke selokan, sampai diejekin karena
putus cinta.
Walau begitu, saya pernah jengkel
sama Ebma, dan mungkin Ebma juga jengkel dengan saya. Masalah yang pernah saya
alami sama Ebma adalah waktu event Sekolah Jurnalistik. Waktu itu saya
jadi Ketua Panitia dan Ebma jadi Koordinator Sie PDD. Ebma yang susah sekali
untuk sekedar balas SMS ditambah saya yang kuatiran dan nggak percayaan sama
orang bikin suasana jadi tegang. Ditambah hal-hal lain yang bikin kepala
rasanya ingin meledak. Tapi itu pengalaman pertama saya kerja bareng Ebma. Setelahnya,
lancar-lancar saja.
Ada yang unik ketika Ebma
memimpin. Pas Ebma jadi Koordinator Sie Acara di ulang tahun EKSPRESI, saya
kena sial diminta untuk jadi pembawa acara, tapi sialnya saya nggak pernah
sendiri pasti Sofwan ikutan. Yang kedua, saya kena lagi pas event launching
majalah kemarin, saya dan Sofwan diminta jadi awak prosesi, walaupun saya nggak
ngapa-ngapain dan Sofwan yang banyak kerja. Maaf ya Sof. Nah, uniknya itu,
pasti saya dan Sofwan yang kena. Kenapa Eb? Kenapa? Tapi nggak pa pa juga sih,
itu namanya saya dikasih ruang untuk belajar. Jadi, harusnya saya berterima
kasih.
Pas baca ini, saya yakin Ebma
pasti rasanya ingin membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Ya kan, Eb? Eh, tapi,
akhir-akhir ini Ebma jarang keliatan di EKSPRESI. Mana kamu Ebma? Kawan-kawan
menunggumu lho.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar