Minggu, 02 Desember 2012

Kepada EKSPRESImen

“Dengan kekuatan Persma, EKSPRESImen akan menghukummu!” ujar laki-laki yang mengenakan jubah hitam dengan sablonan bertuliskan “EKSPRESI, Refleksi Pemikiran Intelektual.”

Badannya gembrot tapi dia tinggi, jadi gembrotnya ketutupan. Berkacamata, tapi seringnya nggak pake. Kulit hitam legam, bahkan mengalahkan Mbak Ratih Fernandez. Saat launching majalah kemarin, dia berperan sebagai EKSPRESImen. Suka niruin gayanya salah satu pemain Srimulat dengan bilang, “Ada apa ini? Ada apa ini?” Terus kemarin karna dia, saya terinspirasi untuk bikin catatan. Jadi, siapa coba? Siapa hayo?

Dia itu Ebma, kawan saya di EKSPRESI. Kalau bukan kenal karna organisasi, saya pasti sudah memanggil dia dengan sebutan “Mas” di depan namanya soalnya, dia itu kakak angkatan saya di jurusan. Beberapa waktu yang lalu saya menulis soal Ebma yang lagi putus cinta dan jadi bahan ejekan. Sekarang, saya diajak taruhan lagi oleh Ebma untuk menulis tentang dia dan dia nulis tentang saya.

Ki-ka: Tofik sebagai Elektroda dan Ebma sebagai EKSPRESImen saat launching majalah Kamis, 18 Oktober 2012.  

 Nama Ebma saya pikir unik. Coba didata, ada berapa orang yang punya nama Ebma. Saya baru kenal satu, ya dia ini. Pas ditanya, “Kenapa namanya Ebma, bukan Bima?” Dia bilang kalau namanya Bima nanti bapaknya bakal dapat nomor awal pas ambil rapor. Kalau Ebma, setidaknya nomornya tidak terlalu awal, tengah-tengah. Alasannya memang konyol, seperti orangnya.

Bagi saya, Ebma itu tipe yang tenang dan penenang. Kalau kawannya lagi pusing sampai rasanya ingin cari pistol, datanglah ke Ebma, dia pendengar yang baik. Saya pernah lagi pusing karena kawan-kawan saya yang kelakuannya kayak anak setan itu susah dikendalikan, lalu Ebma yang ngajakin mereka untuk fokus lagi ke forum. Terus, saya pernah dibantuin cari tema buat nulis persepsi. Lalu, akhir-akhir ini saya merasa Ebma sebagai kawan belajar saya karena sudah tiga kali saya menulis gara-gara dia.

Selain itu, yang saya ingat dari Ebma adalah nasib sialnya yang bisa kita ketawain (atau mungkin kalau ingin jadi orang yang selalu husnudzon bisa menyebutnya barokah). Mulai dari dapat peran banci di launching buku, dituduh oleh hampir seluruh orang di gedung merah telah menjatuhkan motor Mas Dicky ke selokan, sampai diejekin karena putus cinta.

Walau begitu, saya pernah jengkel sama Ebma, dan mungkin Ebma juga jengkel dengan saya. Masalah yang pernah saya alami sama Ebma adalah waktu event Sekolah Jurnalistik. Waktu itu saya jadi Ketua Panitia dan Ebma jadi Koordinator Sie PDD. Ebma yang susah sekali untuk sekedar balas SMS ditambah saya yang kuatiran dan nggak percayaan sama orang bikin suasana jadi tegang. Ditambah hal-hal lain yang bikin kepala rasanya ingin meledak. Tapi itu pengalaman pertama saya kerja bareng Ebma. Setelahnya, lancar-lancar saja.

Ada yang unik ketika Ebma memimpin. Pas Ebma jadi Koordinator Sie Acara di ulang tahun EKSPRESI, saya kena sial diminta untuk jadi pembawa acara, tapi sialnya saya nggak pernah sendiri pasti Sofwan ikutan. Yang kedua, saya kena lagi pas event launching majalah kemarin, saya dan Sofwan diminta jadi awak prosesi, walaupun saya nggak ngapa-ngapain dan Sofwan yang banyak kerja. Maaf ya Sof. Nah, uniknya itu, pasti saya dan Sofwan yang kena. Kenapa Eb? Kenapa? Tapi nggak pa pa juga sih, itu namanya saya dikasih ruang untuk belajar. Jadi, harusnya saya berterima kasih.

Pas baca ini, saya yakin Ebma pasti rasanya ingin membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Ya kan, Eb? Eh, tapi, akhir-akhir ini Ebma jarang keliatan di EKSPRESI. Mana kamu Ebma? Kawan-kawan menunggumu lho.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar