Minggu, 23 November 2014

Suntik Cacar

Pagi itu Dina, memasuki hari pertamanya sebagai siswa kelas II SD. Dina berangkat sekolah lebih awal dan lebih bersemangat. Hari-hari pertama di kelas II SD sangat menyenangkan. Pak Hasan, wali kelas Dina yang baru, sangat lucu. Beliau suka bercerita di depan kelas dan membuat suasana belajar di kelas jadi menyenangkan. Pak Hasan juga suka membuat istilah-istilah lucu, seperti “saipul” kependekan dari “selesai pulang”. Jadi kalau murid-murid sudah selesai mengerjakan soal, maka boleh pulang. Dina sangat menikmati hari-harinya di kelas II SD.
Pada hari Rabu sebelum bel istirahat berbunyi Bu Rima, Kepala Sekolah, datang mengunjungi kelas-kelas. Bu rima memberi tahu kalau besok akan datang petugas kesehatan untuk memberi vaksin cacar. Bu Rima menjelaskan kalau vaksin cacar sangat penting agar kita tetap sehat dan tidak terkena virus cacar. Seluruh kelas jadi ramai mendengar berita itu. Ada yang merasa ngeri karena takut disuntik, ada yang menakut-nakuti temannya, ada juga yang berani dan merasa tidak takut sama sekali.
“Kakakku pernah disuntik cacar, sekarang dia punya bekas suntik cacar di lengannya,” Kata Risa.
“Iya, Kakakku juga punya bekas suntik cacar di lengannya. Katanya suntik cacar itu sakit,” Tambah Damar.
“Ah, suntik cacar itu tidak sakit kok, rasanya cuma seperti digigit semut,” Kata Bagas.
“Kamu tahu dari mana, Gas? Memangnya kamu sudah pernah suntik cacar?”tanya Dina.
“Belum sih, tapi aku kan sudah pernah masuk rumah sakit dan disuntik oleh dokter,”balas Bagas.
“Tapi itu kan bukan suntik cacar,” protes Damar.
“Tapi kan sama-sama disuntik,” jawab Bagas.
“Tenang anak-anak!” kata Pak Hasan menenangkan kelas yang riuh mendengar berita dari Bu Rima.
***
Esoknya, Dina tidak beranjak dari tempat tidurnya untuk berangkat sekolah. Dia terus saja berbaring dan tidak memiliki semangat untuk berangkat sekolah. Ibu lalu masuk ke kamar Dina untuk membangunkan Dina. Tapi Dina bilang pada ibu kalau dia tidak ingin berangkat sekolah. Ibu pun heran karena Dina biasanya semangat untuk berangkat sekolah. Ternyata, Dina memikirkan tentang suntik cacar yang akan dia terima nanti. Ibu menjelaskan pada Dina kalau dia tidak perlu takut dengan suntik cacar karena disuntik rasanya hanya seperti digigit semut. Ibu juga menjelaskan kalau Dina tidak divaksin cacar, Dina bisa terkena virus cacar yang rasanya jauh lebih sakit dibanding disuntik. Dina pun akhirnya mengerti dan berangkat sekolah.
Petugas kesehatan sudah tiba di sekolah. Pak Hasan mengarahkan murid-murid untuk duduk yang rapih di bangku masing-masing. Pak Hasan memperenalkan petugas kesehatan itu kepada murid-murid. Namanya Pak Budi. Pak Budi langsung menyiapkan peralatan vaksin cacar begitu Pak Hasan selesai memeprkenalkannya pada murid-murid. Bangku deret paling depan adalah yang pertama disuntik, Riko duduk di deretan bangku itu. “Ah!” teriak Riko kesakitan yang setelahnya tangan Riko terlihat memegangi lengannya yang baru saja disuntik. Setelah Riko disuntik, kini giliran teman sebangku Riko, Damar. Damar sempat tertegun melihat jarum suntik yang dipegang petugas kesehatan. Terlihat wajah nyengir kesakitan Damar ketika petugas kesehatan menusukkan jarum suntik ke lengan Damar. “Tidak sakit, kan?” kata Pak Budi sambil memegang jarum suntik. Damar hanya sanggup menjawab dengan senyuman. Berikutnya adalah Bagas, tak terlihat raut gentar di wajah Bagas. Saat Pak Budi menusukkan jarumnya ke lengan Bagas, dia pun tak merintih, hanya sedikit nyengir.
Dina deg-degan, menanti gilirannya disuntik. Dia membayangkan sakitnya disuntik, namun akhirnya giliran Dina pun tiba. Wajahnya menyengir ketika Pak Budi menyuntiknya. Ternyata, disuntik tak sesakit yang Dina bayangkan. Seperti kata ibu, rasanya seperti digigit semut. Di hari suktik vaksin cacar itu, Joni, teman Dina tidak berangkat.

Beberapa hari kemudian Joni tidak masuk sekolah lagi, kata ibunya Joni sakit. Pak guru mengajak teman-teman untuk menjenguk Joni yang sedang sakit. Murid-murid pun datang ke rumah Joni. Ternyata, Joni terkena cacar air karena kemarin tidak disuntik vaksin cacar. Joni pun sedih dan menyesal karena menghindari hari suntik cacar. Sesampainya di rumah, Dina bercerita kepada ibu tentang Joni yang sakit cacar karena tidak disuntik vaksin cacar beberapa hari lalu. “Dina sudah disuntik vaksin cacar, jadi Dina tidak akan kena cacar air seperti Joni,” kata ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar